Rabu, 04 November 2009

gambar sejarah seni rupa dunia (2)

gambar sejarah seni rupa dunia (1)


Cara lihat gambar seperti baca tulisan (urutan jamannya dari kiri ke kanan).

sejarah seni rupa dunia (2)

SENIRUPA ABAD 17-19

BAROQUE (1600-1750)
Baroque pertama kali lahir di Italy, kemudian di adopsi oleh Perancis, Jerman, Belanda dan Spanyol.
Pada seni lukis dan patung, ada 3 ciri utama penanda gaya era ini:
1. seni yang berkaitan dengan pergerakan kristiani dengan ciri religius. Diprakarsai oleh Bernini dan Ruben
2. Revolusi dalam teknik dramatisasi dengan penggunaan bayangan yang kuat. Diprakarsai oleh Carravagio
3. Seni lukis yang menceritakan kehidupan sehari-hari. Diprakarsai oleh Rembrandt dan Vermeer.

ROCOCO (1700-1760)
Rococo lahir di Perancis (Louis XV) dan merupakan kelanjutan dari Baroque. Baroque memberikan pengenalan tentang keberadaan manusia dan Rococo adalah representasi visual terhadap optimisme manusia itu sendiri yang dijabarkan lebih informal.
Ciri Rococo adalah murni ornamental, ringan, dan kasual. Penggunaan warna pastel, keanggunan garis-garis lengkung serta mencirikan figure-figur indah.

SENIRUPA AKHIR ABAD 19

REALISME (1850-1880)
Zaman ini merupakan zaman dimana ilmu pengetahuan mampu menyelesaikan masalah manusia.
Realisme merupakan bentuk dari ekspresi yang menggambarkan kebenaran dan keakuratan yang tertuang pada obyek lukisan. Realisme lebih focus terhadap potret kehidupan sehari-hari, perilaku, masalah moral dari masyarakat kelas menengah dan bawah.

MODERNISME (dimulai 1850)
Era modernisme merupakan era terhadap peninjauan kembali pada bermacam-macam eksperimen dan trend avant garde. Seni pada zaman ini lebih kearah eksplorasi dan pengembangan ide secara edukatif dan orisinil. Seni bukan lagi merupakan hal yang hanya mampu dimengerti oleh seniman pembuatnya, tetapi lebih pada pemahaman makna yang ditujukan pada orang lain. ‘Form follows function’ merupakan penanda zaman ini.
Penanda pergerakan modern antara lain Gustav klimt, Matisse, Mondrian, lukisan-lukisan surealisme, kubisme yang diprakarsai oleh Picasso dan George Braque, Dadaism, International style ‘Bauhaus’ dan socialist realism.
Penemuan komunikasi, transportasi, dan ilmu pengetahuna juga berdampak pada penemuan teknologi baru yang disebut sebagai futurism dalam istilah kesenian masa ini. Modernism dan konsumerisme massa merupakan penanda transisi masa ini dengan masa selanjutnya yang dikenal sebagai postmodernism.

IMPRESSIONISME (Akhir 1860an s/d akhir 1890an)
Impresionisme lahir di Perancis sebagai wujud dari ketertarikan terhadap dunia ilmu pengetahuan dalam pengalaman actual yang dititik beratkan pada efek pencahayaan dan pergerakan obyek lukis itu sendiri.
Ada 2 ide dasar yang tersirat dizaman ini, adalah:
1. Landscape sebagai obyek utama
2. Konsepsi intelektualitas yang merupakan bagian dari naturalis dan realis.
Seniman lukis terkenal pada masa ini adalah Claude Monet.

ART NOUVEAU (1880-1914)
Zaman ini merupakan pergerakan revolusioner dimana adanya pembatas yang tegas antara seni murni dan seni terpakai. Art Nouveau lebih menitik beratkan pada konsep pemahaman kehidupan modern dan metode produksi. Seniman diharuskan berkreasi mulai dari arsitektur hingga furniture design, sehingga seni merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Keindahan dan harmoni merupakan bagian dari kehidupan keseharian; seniman turut serta membuat kehidupan manusia lebih indah.
‘Function follows form’ merupakan penanda zaman ini. Ciri seni zaman ini adalah; sedikit dekorasi, sederhana dan indah.
Art Nouveou sangat mempengaruhi perkembangan gaya De Stijl (Belanda; 1920an) dan Sekolah Bauhaus di Jerman (1920an-1930an).

SENIRUPA EKSPRESIONISME ABAD 20an

KUBISME (Awal 1908)
Kubisme merupakan alirang yang paling radical, innovative dan berpengaruh besar terhadap perkembangan aliran seni rupa di era abad 20an. Ciri dari aliran ini adalah penjabaran bentuk-bentuk realis kedalam bentuk geometris dengan pendekatan bentuk dan warna; kanvas diibaratkan sebagai media pecahan kaca
Penggagas aliran ini adalah Pablo Picasso dan Georges Braque.

FUTURISME (1909-1914)
Futurisme merupakan kelanjutan dari gaya kubisme. Gaya futurisme lebih menceritakan tentang perkembangan teknologi. Mobil, pesawat, kota industri, yang menitik beratkan gambaran kehidupan manusia modern dan hasil teknologi melebihi penceritaan alam sekitar seperti halnya yang dilakukan seniman-seniman pada masa sebelum futurisme.

DE STIJL (1916-1931)
Seniman terkenal pada masa ini adalah Mondrian (pelukis) dan Rietvald (arsitek). Mereka menuangkan bentuk-bentuk dekoratif kedalam bentuk geometris dengan teori Neo Plasticism (Mondrian) “kreasi baru seni …hanya dapat didasarkan pada abstraksi dari semua bentuk dan warna (baca: garis tegas dan warna-warna utama).”(Le Moine 1987, p.29)

SENIRUPA AWAL ABAD 20an

ART DECO (1910-1939)
Art Deco merupakan wujud tampilan dari pergerakan modernisasi yang pesat. Ciri-ciri seni art deco adalah modern dan simple, elegan dan mampu membuktikan bahwa gaya semacam ini abadi sepanjang masa.

BAUHAUSS (1919-1933)
Bauhauss merupakan sekolah design pertama yang digagas oleh Walter Gropius.
Pengertian seni dan teknologi pertama kali dikenalkan oleh sekolah ini. Sekolah ini berpengaruh kuat terhadap lahirnya tren arsitektur dan seni modern pada era industrialisasi di eropa barat dan Amerika.

DADAISME (1916-1924)
Dadaisme atau dada merupakan gaya yang lahir sesudah perang dunia I, terutama bergerak dibidang sastra, teater dan desain grafis. Dada bukanlah merupakan seni tetapi anti seni. Dada tidak lagi mengindahkan estetis, Dada tidak memiliki makna pada karya tetapi lebih cenderung tergantung pada interpretasi pemerhati karya gaya ini.

SENIRUPA 1920an

SURREALISME (1924)
Zaman ini merupakan zaman pergerakan dimana seniman, pemikir dan periset bekerjasama untuk mencari makna dibalik ekpresi bawah sadar. Pemikiran rasional adalah bentuk manifestasi kekuatan dari kreatifitas dan imajinasi yang kemudian direfleksikan pada ekspresi seni.

SENIRUPA SESUDAH 1950an

POP ART (Awal 1956 (Inggris); Awal 1960an (USA))
Di Inggris (Marchel Duchamp), pop art digunakan sebagai bentuk manifestasi penggunaan obyek, material dan teknologi dari budaya massa ke komunitas industri. Paham ini banyak digunakan untuk bidang-bidang advertising, fotografi, komik strip, dan berbagai bentuk media massa yang lain. Semuanya hanya berupa image (gambar) yang siap dikonsumsi untuk masyarakat luas (*).

*
“History of Art”, www.huntfor.com/arthistory, (erika)
S
ebelumnya pernah di post di voopere.blog.friendster.com blog lain milik masyhudi

Rabu, 14 Oktober 2009

sejarah seni rupa dunia (1)

SENIRUPA PRASEJARAH

PELEOLITHIKUM (2 Juta tahun lalu- 13,000 BC)
Paleolitikum atau zaman batu tua. Berawal sekitar 2 juta tahun lalu, zaman ini juga merupakan penandaan berakhirnya zaman es (13,000 BC). Paleolitikum dibagi menjadi 3 zaman yaitu, zaman batu tua, zaman batu tengah dan zaman batu muda.
Pada zaman batu tengah di Eropa dan Afrika terdapat penemuan manusia pertama yang membawa pengaruh besar pada manusia modern terhadap cara hidup maupun struktur anatomi. Penemuan cara menghasilkan api juga ditemukan di era ini. Ekspressi seni dituangkan dalam pembuatan body painting dan juga lukisan pada batu dan dinding-dinding gua yang mengindikasikan kegiatan ritual dan religius.
Pada zaman batu tua (Eropa, Asia, Afrika) ekspresi seni mengalami kemajuan. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya karya yang bercerita tentang venus dan penggunaan beberapa material yang sulit ditemukan disekitar tempat tinggal mereka. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan iklim yang lebih hangat dan juga telah adanya pengetahuan tentang perdagangan antar wilayah.
Seni pada zaman Paleolitikum diproduksi 32.000-11.000 tahun lalu. Dikategorikan dalam 2 kelompok besar yaitu; barang-barang kerajinan (yang merupakan pahatan pada tulang, batu dan clay), serta seni lukisan pada dinding-dinding gua (dengan mengadopsi variatif warna).

MESOLITHIKUM (10,000-5,000 BC)
Mesolitikum merupakan zaman batu tengah (10.000-5000 BC).
Pada sisi budaya, manusia pada zaman ini belajar tentang cara memahat batu. Ciri-ciri seni mesolitikum ialah tidak menggambarkan figur nyata dan hanya menggunakan warna merah sebagai penyertanya. Hasil karya seni ini banyak ditemukan di Afrika utara dan mediterania bagian utara.

NEOLITHIKUM (10,000-5,000 BC)
Zaman ini juga disebut sebagai zaman batu muda. Dimulai dari kehidupan menetap. Karya seni akhir manusia zaman ini adalah pembuatan perunggu, barang-barang tembikar, dan patung-patung yg bertemakan ttg dewa dewi serta monument batu megalitikum (Stonehenge, UK).

SENIRUPA KUNO

MESIR (3500-1000 BC)
Kejayaan zaman mesir kuno dimulai dari pemerintahan Raja Firaun. Ketaatan beragama dan menghormati arwah yang telah meninggal merupakan kebudayaan penting di Mesir pada zaman ini. Hal itu pula yg mempengaruhi perkembangan seni budaya di Mesir. Banyak ditemukannya situs kuil dan pekuburan memperkuat teori tersebut diatas. Berbagai hasil karya seni mulai grafis hingga arsitektur ditemukan pada masa ini. Hyeroglyph hingga pyramid adalah penanda masa keemasan perkembangan senirupa Mesir kuno.

MESOPOTAMIA (9000-500 BC)
Zaman ini merupakan zaman baru peradaban manusia. Menulis, sekolah, perpustakaan, kode hukum tertulis, pertanian, irigasi, peternakan merupakan hasil kebudayaan masa ini.
Senirupa pada zaman ini lebih membuka diri terhadap keanekaragaman. Seni terlihat lebih dekoratif, stylish dan tidak lagi konvensional. Pada seni lukis; Penggambaran sosok Tuhan dituangkan lewat sosok manusia, bahkan beberapa memilih memadukan sosok manusia dan hewan untuk menghadirkan kesan ajaib terhadap sosok Tuhan.
Pada bidang Seni Musik dan Puisi; Mereka telah mengenal alat-alat musik seperti harpa dan drum yang mengiringi penceritaan sejarah dan dibalut oleh puisi serta diiringi tari-tarian dan lagu. Bidang Arsitektur; Mereka mengenal pembangunan dengan menggunakan batu bata dan tidak lagi menggunakan batu sebagai konstruksi arsitektur rumah. Di bidang seni patung mereka telah menggunakan bermacam media seperti, kerang, batu, dan metal sebagai bahan pahat.

YUNANI (1100-31 BC)
Seni dan Arsitektur dimasa Yunani kuno merupakan pengaruh tersendiri terhada perkembangan seni dan arsitektur barat dengan cirri-cirinya yang sederhana dan logis/rasional.
Penggambaran manusia telanjang merupakan refleksi dari suatu pemahaman bahwasanya `manusia merupakan ukuran dari segala hal’ (mimesis).
Berbagai macam elemen structural, motif dekoratif, bermacam tipe-tipe bangunan yang telah ada dizaman Yunani Kuno masih dapat terlihat pada arsitektur masa kini.
SENIRUPA ZAMAN TRANSISIONAL

SENIRUPA KRISTEN AWAL (ABAD 3-7)
Seni pada masa ini merupakan kelanjutan dari senirupa kuno, romawi dan byzantium. Pada awalnya, Kristen menolak adanya penggambaran pola-pola dekoratif yang menggambarkan hal-hal yang bersifat agamis dan spiritualis.
Setelah abad ke empat, dibawah pengaruh imperialisme, awal arsitektural Kristen sangat dipengaruhi oleh gaya kerajaan Romawi, yaitu bangunan berskala monumental. Gedung-gedung gereja dibagi menjadi dua tipe; hall yang berbentuk longitudinal-Bassilica; bangunan terpusat-mausoleum atau tempat pembaptisan.Eksterior gereja pada umumnya polos dan minus dekorasi yang kontras dengan nuansa interiornya yang cenderung dekoratif dan glamour.

SENI BYZANTINUM (Abad 5 – 1453)
Pada dasarnya seni dizaman ini merupakan kelanjutan dari seni zaman Yunani. Tetapi terdapat perubahan mendasar tentang ketuhanan akibat pengaruh kristiani menyebabkan gaya seni yang dihasilkan masa ini berbeda dengan Yunani. Seni dimasa ini bertemakan tentang kejayaan Tuhan bapa, Yesus anaknya, dan Perawan Maria. Seni lukis realistis dan manusia telanjang tidak lagi terdapat di era ini.

SENIRUPA ISLAM (Abad ke 6)
Senirupa islam banyak diasosiasikan dengan kebudayaan Arab. Larangan menggunakan presentasi harafiah terhadap gambar-gambar religius, termasuk huruf-huruf Arab, membuat seni di era ini lebih merujuk pada perwujudan bentuk-bentuk geometris. Hal tersebut dapat ditemui pada Arsitektur masjid dan tempat-tempat religius muslim, karpet dan document tulisan tangan yang cenderung berbentuk abstrak, dekoratif, geometris, flora, dan kaligrafi.

SENIRUPA RENAISSANCE

ZAMAN GOTHIC AKHIR (Abad 14-15)
Era ini merupakan penjembatan antara era Byzantium dan Renaissance. Artis yang terkenal di zaman ini adalah Cimabue dan Giotto (merupakan artis yang dilatih pada zama Byzantium). Karekater seni lukis yang paling menonjol pada zaman ini adalah lukisan yang memiliki sudut pandang 3 dimensi, nyata dan terukur.

ZAMAN RENAISSANCE AWAL (awal 1400an)
Renaissance merupakan penanda sejarah kebudayaan eropa modern. Pemahaman tentang rebirth membawa seni pada zaman ini lebih kearah intelektualitas dan makna artistic pada keunikan Yunani-Romawi, yang terinspirasi oleh kemanusiaan dan dicapai dari aspek kehebatan makna, kebijakan dan penjabaran seni itu sendiri.

RENAISSANCE (1450-1520)
Seni lukis mencapai masa kejayaan di era ini; kaya akan imajinasi dan syarat akan komposisi makna kepahlawanan. Karakteristik seni lukis di zaman ini adalah keserasian dan keseimbangan pada konstruksi lukisan. Bentuk, warna, proporsi, efek pencahayaan dan bayangan, keseimbangan ruang, komposisi, perspektif, anatomi semuanya terngkum dalam kontrol penyelesaian yang nyaris sempurna.
Seniman terkenal pada masa ini: Leonardo Da Vinci, Michaelangelo.

Kamis, 27 Agustus 2009

2 aliran terkuat di industri kreatif

(1) Aliran terukur
Aliran yang dipelopori oleh David Ogilvy ini bertumpuh pada kekuatan riset. Menurut aliran ini, iklan tidak bisa hanya dibangun oleh intuisi dan imajinasi, dengan riset yang kuat iklan akan tampil lebih terukur dan efisien.

Meski mendorong pencapaian kreatif, Ogilvy mempunyai sejumlah aturan untuk iklan yang dibuat oleh biro iklannya. Aturan itu antara lain adalah tidak menulis pesan dalam latar hitam, gunakan 2/3 bidang iklan untuk visual (visual-driven) dan sisanya untuk pesan iklan atau sebaliknya, 2/3 bidang iklan digunakan untuk menulis pesan (copy-driven). Selain itu masih ada beberapa aturan lain seperti menggunakan merek dalam kepala berita, jangan tampil kelewat cerdas, jangan menggunakan analogi, hindari superlatif, humor hanya untuk pelawak jadi sebaiknya jangan digunakan, dan gunakan fotografi jika memungkinkan.

(2) Aliran kreatif
Aliran ini terkenal dengan terobosan kreatif yang muncul dari dorongan untuk mengikuti kata hati. Meskipun aliran yang dibangun oleh Bernbach ini juga memiliki tim riset akan tetapi sesungguhnya aliran kreatif bertumpu pada copywriter dan art director. Dalam pengarapan iklan, tugas seorang copywriter dan art director dapat overlapping artinya kadang naskah iklan bisa saja muncul dari pengarah seni atau ide layout dari pembuat naskah iklan.

Cara pendekatan yang cukup berseberangan dengan Ogilvy ini, terutama sikap acuh tak acuh aliran ini pada penekanan terhadap USP (Unique Selling Point), yang menurut Bernbach hanya akan membuat penyampaian sebuah iklan menjadi seragam, membuat biro iklan semacam ini tidak dapat memikat merek-merek besar yang percaya pada iklan sebagai suatu pendakatan terukur. Tetapi hal inilah yang membuat biro iklan Bernbach mempunyai kesempatan mengangkat merek-merek baru atau merek kecil menjadi terkenal.

Akan terjadi perdebatan panjang jika harus disimpulkan mana aliran yang paling baik diantara keduanya, meski sebanarnya tidak hanya ada 2 aliran ini saja di dunia kreatif, namanya juga kreatif. Pada saat perayaan 50th Cannes Lions, DDB, biro iklan yang mewarisi roh Bernbach, menjadi biro iklan yang paling banyak menyabet penghargaan Grand Prix dibanding biro manapun. Pada akhirnya waktulah yang menjawab siapa yang lebih unggul diantara kedua aliran ini.

*
Sejarah Advertising, Concept Magz

Jumat, 19 Juni 2009

ide yang (tak) sama



Infografis (1) terbit di Harian Seputar Indonesia, Jakarta dan infografis (2) terbit di Harian Kompas pada 16 Maret 2009. Meskipun isu yang diangkat sama, tatapi ide yang muncul pada visual kedua infografis ini sangat jauh berbeda.

Selasa, 05 Mei 2009

citra

Seperti yang kita tahu, seni khususnya lukis sudah ada sejak jaman purba, zaman ketika manusia masih hidup di dalam gua. Obyek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala ini adalah manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Satu yang menjadi catatan dari semua karya ini, terlepas dari tujuan, teknik, dan bahan serta media yang mereka gunakan untuk berkesenian, bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ada bagian-bagian tertentu yang terlihat sengaja ditonjolkan, hal ini disebut sebagai citra, dan citra sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, pada gambar seekor banteng, tanduk binatang ini dibuat dengan proporsi yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk aslinya. Pencitraan ini dibentuk oleh pemahaman sang seniman yang menganggap bahwa tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman sang kreator dan budaya masyarakat di daerahnya.

Dalam seni modern selanjutnya, pencitraan ini menjadi hal yang sangat penting karena berkolaborasi dengan kekuatan imajinasi. Salah satu seniman yang menonjol karena mampu mengoptimalkan citra dan daya imajimasi adalah Salvador Dali, Surrealism yang diusungnya pada tahun 1930-an hingga saat ini masih membuat decak kagum siapa saja yang melihatnya.

Senin, 04 Mei 2009

ide yang sama




Infografis (1) terbit di Harian Seputar Indonesia, Jakarta, infografis (2) terbit di Harian Kompas, Jakarta, dan infografis (3) terbit di Harian Jawa Pos, Surabaya pada 16 Agustus 2008.

Tanpa komunikasi, bahkan desainernya tidak saling kenal, tapi visual yang muncul sama walau dengan bumbu kreativitas masing-masing, pensil.

Kamis, 02 April 2009

art nouveau

Ketika menciptakan mesin uap pada 1765, mungkin James Watt tidak pernah berpikir bahwa setelah itu dunia mengalami percepatan kemajuan yang luar biasa. Jika ditarik garis kasar, mesin uap inilah yang telah memicu manusia memasuki babak baru, sebuah revolusi sekaligus kelahiran jaman industri.

Revolusi Industri yang dimulai dari tanah Inggris telah menyebabkan mekanisasi pada banyak benda budaya manusia. Barang-barang dibuat melalui sistem produksi massal dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Memang di satu sisi hal ini sangat menguntungkan, manusia memiliki lebih banyak waktu dan tenaga yang bisa disimpan. Tapi efek lain dari revolusi ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Adanya mekanisasi telah mendegradasi keahlian tangan, khususnya tangan milik para seniman, karya-karya mereka tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan oleh kehalusan buatan mesin.

Hal ini menimbulkan kemandegan, khususnya di bidang seni, tapi apakah kreativitas para pemimpi ini lantas mati? Tentu saja jawabnya tidak, sebagai jalan keluarnya, para artis mencoba beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh alat produksi massal atau seandainya saja bisa, maka akan memakan biaya pembuatan yang sangat mahal. Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada bentuk kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.

Awalnya style ini menjadi arus kecil yang menentang mainstream kuasa produk massal dan modernisasi. Akan tetapi pada akhirnya, style yang lebih dikenal dengan sebutan art nouveau ini menjadi lambang keberhasilan daya survive kreativitas terhadap gerusan zaman.

Senin, 02 Maret 2009

spot renaisance

Ketika bangsa Turki berhasil menguasai Bizantium, sebuah babak baru manusia dimulai. Keagungan Romawi yang kental dengan seni Kristiani diganti seni ornamental yang syarat nuansa Islami. Tidak ada yang lebih tinggi dari salah satu seni ini, keduanya memiliki value sama walau dengan kemasan yang sangat jauh berbeda. Tapi kemanakah seniman-seniman Bizantium yang terkenal ini, ketika akar ideologi berkesenian mereka tercabut, bahkan tak ada sesobek kanvaspun untuk ekspresi imajinya.

Kejatuhan Bizantium ternyata bukan hanya sebuah akhir dari satu babak seni, melainkan juga awal dari babak seni lainnya. Kejadian Bizantium telah menjadi trigger berkembangnya seni di benua biru Eropa. Ketika Bizantium jatuh sebagian besar senimannya hijrah ke Firenze, sebuah kota di semenanjung Italia yang ramah.

Yang juga perlu dicatat, adanya dukungan terhadap seni dari keluarga deMedici yang menguasai kota ini saat itu. Dukungan keluarga ini telah membuat sinergi yang menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Bukan hanya pada seni lukis saja akan tetapi seni secara umum seolah menemukan jiwa baru. Di kota ini sains yang erat hubungannya dengan seni tidak lagi dianggap sihir, hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di jaman pertengahan, saat itu sains diangap berbahaya bagi agama dan dilarang oleh geraja. Keadaan yang terkekang ini secara tidak langsung membuat seni menjauh dari realitas sekaligus mengalami perlambatan. Di Firenze seni dan apapun yang berhubungan dengan kemajuan kebudayaan dianggap sebagai alat baru untuk merebut kembali kehormatan Bizantium yang telah terampas.

Akhirnya, tak mengherankan jika dari Firenze bermunculan tokoh-tokoh seni yang terkenal, seperti Tomassi, Donatello, Leonardo da Vinci, Michaelangelo, dan Raphael. Karya-karya mereka sangat monumental bahkan sentimentil, lihat saja Monalisa karya si jenius da Vinci. Jaman inilah awal Renaisance Eropa.

Jumat, 27 Februari 2009

mencoba tertib

ilustrasi vektor menggunakan Coreldraw yang ditempel di dinding dan difoto di Harian Ibu (2006)

back to the basic

Susah memang kalau berada di gray area, exact mungkin jauh lebih mudah karena bisa langsung tahu benar atau salahnya. Tapi begitulah dunia desain, hybrid dicipline yang mempekerjakan berbagai elemen (merujuk pada Gestalt dalam teori kumulatifnya) seperti sign, marka, serta uraian verbal yang divisualisasikan lewat typografi dan gambar (ilustrasi maupun photografi). Karena tidak ada benar dan salah maka desain hanya bisa dinilai dari kelayakannya atau efektivitasnya berkomunikasi dengan audience/segmen yang dituju dan dalam memberikan solusi terhadap masalah desain yang dihadapi.

Ketika menulis 'scoop' maupun ‘3vi’ (visuality-visibility-visual thinking) akan menjadi hampa jika tidak sekalian membedah blue print dari media publikasinya (baca: koran). Disini akan coba diperikan walau mungkin hanya pada tataran nilai universalnya saja.

Di desain publikasi, yang akan sangat menonjol nanti adalah disiplin typografi, yaitu cara pemecahan masalah dari uraian verbal menjadi sebuah tampilan visual. Meskipun demikian elemen desain lainnya seperti garis, warna, gambar tetap tidak akan ditenggelamkan. Ada dua kecenderungan pembaca dalam melihat typografi, pertama sebagai Pattern Seeking Reader yaitu kecenderungan melihat tulisan sebagai suatu pola visual. Dan yang kedua adalah sebagai Meaning Seeking Reader yaitu kecenderungan untuk menyerap makna dari tulisan.

Giliran pada eksekusinya, desain publikasi lebih menitikberatkan pada dua hal utama (secara kuantitatif hal ini lebih muda dibanding 'keluarga besar' desain lainnya), (1) Pendekatan gaya desain yang meliputi komposisi, ilustrasi, dan elemen grafis. Sebagai acuan yang dipakai pada poin pertama ini adalah karakter dari isi dan sasarannya. (2) Sistem desain yaitu cara mengatasi desain per halaman. Sedangkan acuan pada poin kedua ini adalah format dan kualitas informasi yang disampaikannya.

Inti blue print sendiri atau pada desain publikasi lebih familiar disebut layout terletak pada grid system yang akan memetakan ruang gerak komposisi pada halaman, dan style sheet yaitu kesinambungan gaya dalam keseluruhan halaman. Style sheet ini yang akan menciptakan rasa, kekhasan, serta pemunculan keunikan pada desain.

Selain hal diatas ada beberapa masalah teknis yang juga perlu untuk diperhatikan, antara lain:
Legibility: kenyamanan dan keterbacaan atas huruf.
Rhythm: perlakuan pada naskah, ilustasi, dan elemen grafis dalam keseluruhan halaman sehingga tidak melelahkan ketika dibaca dan indah secara estetis.
Pause: ruang pemberhentian yang sengaja dibuat untuk memberi kesempatan pembaca mengambil kesimpulan, biasanya lewat partisi maupun opening chapter (pause akan lebih terlihat pada desain publikasi buku).
White space: ruang kosong sebagai active force supaya halaman terlihat dinamis, juga sebagai ruang bernafas bagi mata. Bagaimanapun tampilan yang semerawut akan membuat mata cepat lelah dan membingungkan.
Visual heirarchi: penciptaan struktur berdasarkan logika dari info terpenting yang harus didahulukan, bisa juga menjadi urutan baca sederhana yang secara tidak langsung menuntun pambaca menelusuri tulisan demi tulisan hingga mendapatkan arti dan maksud yang ingin disampaikan oleh penulis/desainernya (seringkali penulis dan desainernya bukanlah satu orang).

Jika semua tulisan diatas bisa disederhanakan, maka dalam layout, bagaimanapun comunication value yang harus didahulukan tetapi tanpa meninggalkan aestetic value. Dua elemen ini saling berkaitan, sebab style pada aestetic value akan menciptakan karakteristik dan citra yang ujung-ujungnya akan sangat menunjang keberhasilan dari comunication value itu sendiri.

*
Cakram Magz

Minggu, 22 Februari 2009

visuality-visibility-visual thinking

(Kalau belum baca scoop, jangan baca ini)

Bersaing untuk mengalahkan peluangnya hampir tak ada atau tipis sekali, dan kalau dipaksakan mungkin bisa tapi sangat segmented, artinya hanya pada lingkungan tertentu saja yang jumlahnya sangat terbatas koran bisa masuk. Tapi bukan berarti internet tidak memiliki kelemahan, secara kumulatif layanan internet masih bisa dibilang mahal, kita tidak bisa menikmati internet tanpa PC, notebook, atau media multiservice lainnya, seperti PDA dan smart hp, dan sudah menjadi rahasia umum kalau harga barang-barang yang tersebut diatas tidak pernah turun dari akhiran juta di mata uang rupiah. Kan ada warnet? Ok kita pakai warnet, sekarang berapa harga sewa PC layanan warnet perjamnya, bisa jadi kita dapat dua koran, atau untuk daerah yang persaingan warnetnya ketat kita bisa dapat satu koran baru.

Tapi lagi-lagi koran masih punya sifat yang tak terlampaui, ia telah menjadi sumber data dan dokumentasi yang kevalidannya telah diakui karena telah dibangun oleh reputasi baik dan dalam waktu lama. Para pekerja koran, khususnya di radaksionalnya, bukanlah orang sembarangan, berbeda dengan internet, walau kita bisa print data kapan saja tapi keakuratan sumbernya masih sering dipertanyakan. Bagaimanapun siapa saja bisa menulis dan upload ke internet.

Apakah hanya dengan value kevalidan koran akan dapat bertahan? bukankan value ini bersifat khusus, artinya hanya orang tertentu yang menggunakannya, seperti mereka yang bekerja di bidang suvei/penelitian, mereka yang sedang menyelesaikan tulisan ilmiah, ataupun mereka yang memang mengerti mutu dan standar suatu tulisan/artikel (tidak termasuk untuk koran kuning). Seandainya dibuat itung-itungan, pastilah jumlah pembaca koran dengan pertimbangan benefit intangiable berdasarkan validitas mutu tulisan/artikel sebagaimana diatas jumlahnya akan kalah mutlak dengan mereka yang mengejar benefit rasional, dimana internet bisa menyediakan tulisan dan gambar yang lebih banyak dan beragam, serta video yang tidak bisa diberikan oleh koran.

Jika benefit tidak bisa diadu maka strategi harus diganti. Koran kembali melihat ke dalam artinya bagaimana sebuah koran bisa menyerap unique point internet sehingga bisa bertahan dan berjalan berdampingan. Pertanyaan besarnya apa unique point si pintar penyedia 'apa saja' di dunia maya ini. Tak perlu teliti untuk mengetahuinya, point paling utama internet ternyata navigasi, yaitu suatu sistem yang memungkinkan kita memetakan data yang ada dalam tekukan-tekukan halaman (page internet). Terus bagaimana koran akan mengimplementasikan sistem navigasi ini? Jawabnya adalah pada pola layout dan desainnya secara keseluruhan.

Mario Garcia, desainer koran dunia, adalah seorang imigran yang sukses hidup di Amerika, core edukasi dia bukanlah murni desain, Garcia hanyalah seorang jurnalis yang peka. Kepekaannya ini mampu menangkap apa yang sedang mewabah di dunia (baca: internet) dan dengan manis mampu memasukkannya ke dalam desain koran. Visuality-visibility-visual thinking adalah resepnya yang mampu membongkar navigasi internet atau sebutlah internet secara keseluruhan. Visuality artinya membuat semua lapisan informasi menjadi tampak, visibility adalah gampang dikenal, dan didukung oleh metode jurnalistik postmodern yaitu visual thinking.

Tiga elemen ini akan memaksimalkan warna, memunculkan keyword, menjadikan indeks sebagai kebutuhan pokok dan memposisikan grafis/infografis sebagai hal yang penting. Ketika navigasi internet teratasi, search engine (unique point internet lainnya) pun seolah terimplementasi secara paket di desain koran yang konsisten mengunakan tiga elemen ini.

*
Mario Garcia, Konsep visual Koran Kompas

bw untuk cerpen

Ilustrasi vektor untuk cerpen di Harian Ibu menggunakan CorelDraw (07 januari 2007)

Jumat, 20 Februari 2009

Scoop

Saingan yang berubah, mungkin inilah yang dialami koran. Pada awal kemunculannya, koran sebagai wadah berita mempunyai nilai kualitas yang diukur dengan sebuah buku, artinya semakin lengkap dan panjang artikel yang dimuat maka semakin baik pula kualitas koran tersebut. Bertahun-tahun bahkan berabad-abad patrun ini dipertahankan. Kemudian jaman berubah, semua yang lama diganti dengan yang baru, ada invention dan banyak inovation, salah satunya yang kemudian sangat berpengaruh di budaya manusia adalah lahirnya TV.

Sebagaimana kita ketahui, TV adalah media propaganda yang sangat efektif karena TV bisa langsung menjamah dua indra sekaligus, telinga (audio) dan mata (visual). Seorang ahli komunikasi mengatakan bahwa kebohongan yang diucapkan 2000 kali bisa menjadi kebenaran dan hal ini sangat bisa dilakukan oleh TV. TV juga menjebol sekat wilayah, leburnya batas regional ini membidani lahirnya globalisasi. Semua bisa dilihat ketika kejadian sedang terjadi tak perduli dimensi ruang yang memisah-misahkan ribuan pasang bola mata.

Aktualitas dengan bisa menyajikan berita (news) sangat cepat inilah yang menjadi kekuatan utama TV. Kekuatan lainnya terletak pada gambar yang disajikan sangat realis, bergerak, dan berwarna sehingga sering membuat seseorang bisa duduk berjam-jam di depan memandanginya. Itu sajakah kekuatan TV? Tidak. Selain news ternyata TV juga bisa menyajikan entertain yang bisa memacu adrenalin dan memainkan emosi penontonnya naik turun bahkan sampai tak terkendali.

Wow, bagaimana nasib koran, bisakah dia bersaingan dangan mechine satu ini? TV sangat powerfull.

Ternyata bisa, ada celah yang tidak mampu dikerjakan TV yaitu kedalaman, kelengkapan, dan keragaman dimensi suatu persoalan. Hal ini hanya bisa dikerjakan oleh koran bila berita yang dimuatnya adalah total news, atau lebih tepat news in its totality. Setiap total news siap untuk dibedah atau dibuat terbuka untuk diperikan (description), dijelaskan (explanation), dan bersama itu penyelesaian soal ditawarkan (solution). Tinggal bagaimana koran bisa mengejar scoop atau seberapa cepat menyajikan kejutan berita yang selalu berboncengan dengan aktualitasnya TV.

Susah payah bertarung dalam scoop, eh muncul musuh baru untuk koran. Di era digital ini ternyata ada yang telah melebihi TV, yaitu teknologi multimedia dengan internet sebagai pusatnya. Dengan teknologi ini setiap orang bisa serentak mendengar, melihat, dan membaca sesuatu yang berasal dari aneka sumber sesuai dengan yang diinginkannya/selectivable information. Berapapun banyaknya channel, TV tetap tidak mampu memberikan layanan sebagaimana internet. Para pengguna internet atau lebih sering disebut user bisa langsung mengetik di search engine apa yang dia cari, baik itu informasi yang berupa tulisan, gambar, ataupun motion/movie.

*
Berbagai sumber

air putih

Ilustrasi vektor untuk artikel di Harian Ibu menggunakan CorelDraw (28 november 2006)

Kamis, 19 Februari 2009

modernisme: post

Ketika sebagian dari manusia hanya pasrah melihat ruang dan landscape budayanya menjadi meja gambar eksperimen para arsitek (aku lebih suka menulisnya sebagai ahli rancang bangun, kesannya lebih dekat dengan desain), mulailah muncul kekecewaan di berbagai belahan dunia yang apabila diakumulasikan bisa menjadi benih resistensi. Dari benih-benih ini kemudian lahirlah istilah rethink, reform, rebuild, reinvent, redefine, ataupun reevaluate, bahkan pemberontakan dan penolakan terhadap modernisme, gerakan ini disebut sebagai aliran post-modernisme.

Semangat aliran post adalah selain untuk melakukan resistensi, juga mengembangkan pluralisme dan menguatkan kembali keunikan dan kekhasan lokal yang telah dicabut oleh international style. Bayangkan apa menariknya kita berada di Prancis jika semua style gedung dan bangunan yang kita lihat di sana tidak berbeda dengan apa yang ada di Jakarta.

Jika semangat post ini terjadi di Asia, maka nilai-nilai kearifan budaya timurnyalah yang akan diagungkan. Apakah hanya ini? tentu saja tidak, yang paling diutamakan dari aliran post adalah sikap kritis akan apa yang telah berlangsung dan seolah dipaksakan kepada seluruh dunia. Sayangnya sebagian dari aliran ini ada yang terjebak dalam romantisme, sehingga cenderung bersifat escapist dan tak berhasil menjalankan fungsi kritisnya, sebagian ini adalah mereka yang menganggap nilai lokalitas (regionalisme) adalah mutlak tanpa melihat asal-usulnya serta mencermati kesesuaiannya dengan laju jaman. Kegagalan ini mengubah konsep lokalitas yang menjadi nyawa post menjadi powerful tool of repression atau chauvinism.

Tentang nilai lokalitas atau regionalisme, beberapa tokoh yang berhasil mencuat dengan style ini antara lain adalah Ken Yeang (Malaysia) dengan karyanya: Bioclimatic Skycraper dan Ranzo Piano (Italia) dengan proyek Pusat Budaya Kanak-nya di Kaledonia Baru. Mereka berhasil dengan indah menonjolkan kekhasan baik dari faktor alam maupun budaya lokal.

*
M Ridwan Kamil, Kompas (Modernisme: awal, surut, post)

modernisme: surut

Lama sihir modernisme mengubah dunia, hampir seluruh wajah kota-kota besar disulap menjadi serupa, mekanistis, dan berekspresi kotak minimalis. Ketika Rohe maupun Corbusier ditelan waktu, aku masih tetap berdiri membuat simpulan-simpulan kecil sambil terus mengamati evolusi dari sabda-diktum mereka.

Utopia modernisme dengan international style-nya perlahan berubah dan disalahartikan, makna modernitas yang sejatinya adalah upaya konsisten manusia untuk menyeimbangkan diri secara evolutif dengan percepatan kemajuan jaman telah ditelikung sebagai hidup dalam lingkungan binaan bergaya modernisme yang, ya… kotak, kotak, dan minimalis. Kota pun dibelah-belah dengan skala yang tidak manusiawi dan dirancang untuk keleluasaan jalan mobil ketimbang eksistensi manusianya. Jadi modernisme tidak lagi way of thinking melainkan way of living. Hal ini diperparah dengan lemahnya budaya lokal bangsa-bangsa di belahan dunia lainnya, derasnya arus yang menyerbu khususnya gaya hidup membuat mereka serta-merta -hanya karena tidak ingin dibilang ketinggalan jaman- mengadopsi mentah-mentah gaya modernisme tanpa memperhatikan parameter-parameter standar yang harusnya sebagai acuan kekhasan lokalnya. Hal ini seperti memasak nasi menggunakan termos.

Utopia tanpa kita sadari perlahan berganti menjadi Distopia (mimpi buruk), bangunan yang telah disulap menjadi tunggal rupa, mahal, dan elit sedikit demi sedikit menghilangkan nilai dan identitas serta batas lokal, hal ini mendapat katalis dari ketidakbisaan ahli-ahli rancang bangun untuk jujur bertutur tentang lokalitas dan gagalnya memunculkan karakter unik yang dimiliki bagian-bagian spesifik per belahan dunia. Pada akhirnya muncul kesamaan rasa di manapun kita berada sekaligus kehilangan rasa yang menusuk, hilangnya rasa lokal karena dipukul rata oleh satu gaya; modernisme.

Sabda Rohe 'les is more' dibantah oleh juniornya, Robert Venturi dengan 'less is bore' pada 1966, yaitu 43 tahun sejak kelahiran modernisme, Ahhh.. 'more is more' tambah AM Stern di tahun 1985. Nah loh..

modernisme: awal

Semua dimulai sekitar tahun 1920-an, ketika itu Van der Rohe, seorang visioner dalam seni ruang dan bangun, sebagaimana kaum muda sekarang merasakan kebosanan atas apa yang ada dan telah terjadi di sekelilingnya, atas seni dokarasi, atas aliran abstak-ekspresionisme yang mengagungkan emosi individual, dan atas-atas yang lainnya. Dia merasa semangat revolusi industri yang telah memacu pola pikir manusia menjadi lebih maju tidak lagi cocok dengan struktur dan konstruksi masyarakat saat itu yang jelas tercermin dalam gedung dan bangunannya. Banyak pemikiran dikemukakan oleh para ahli untuk mencari format arsitektur baru yang sejalan semangat zaman dengan mencoba meninggalkan pengaruh gaya klasik. Sebagian aliran itu ada yang tetap mempertahankan dasar dekoratif tapi dengan merubah elemennya menjadi bentuk non-klasik, aliran ini dikenal dengan sebutan Art Deco. Rohe berusaha mendobrak keluar, akhirnya lahirlah Simplicity yang minimalis sebagai nyawa dalam tiap karyanya, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah Modernisme.

Tepat pada tahun 1923 Rohe menelurkan asas ‘less is more’ sebagai eksistensi aliran minimalis yang menekankan sifat esensial dan fungsional, aliran ini percaya kemewahan muncul dari kesederhanaan, penyelesaian dalam struktur dan arsitektur yang detail serta matematis. Fungsionalitas ini akhirnya beranak asas lain dari Le Corbusier yaitu ‘form follows function’, kasarnya Le Corbusier menyebut bahwa dekorasi hanyalah cara untuk menutupi kekurangcermatan arsitektur. Dan lebih dalam lagi dari rentetan asas ini adalah ungkapan ‘ornamen is crime’ yang sangat jelas menolak aliran klasik, dekoratif, dan ornamental. Sejalan dengan Van der Rohe, Corbusier yang juga seorang ahli rancang bangun itu kemudian mengkonkritkan pemikirannya yang lain yaitu purisme yang senyawa dengan minimalis, purisme ini menyatakan bahwa bentuk-bentuk murni seperti bola, kubus, dan piramida mempunyai hukum estetika yang abadi. Dasar inilah yang membuat modernisme mengeksplorasi habis-habisan bentuk geometri murni dan antidekorasi.

Ternyata perkembangan aliran modernisme ini sangat signifikan, minimalis yang esensial dan fungsional dengan bentuk geometris elementer tanpa ornamen-dekoratif yang menjadi karakternya mudah diterima para arsitek Eropa, Amerika. Inovasi material bangunan seperti baja, beton, dan kaca, standardisasi dan efisiensi seolah memberi tantangan baru sekaligus menopang berkembangnya aliran ini dengan begitu cepat. Seiring perjalanan waktu, kehadirannya yang terasa di berbagai belahan dunia membuat aliran ini disebut juga sebagai international style.

koruptor


Gambar manual dengan pensil warna, spidol, dan drawing pen (maret 2006)

Jumat, 06 Februari 2009

buletin mingguan: Bataviasche Nouvelles

Tentu asing bagi kita ketika membaca judul tulisan di atas, apalagi mencari buletinnya saat ini, sebab Bataviasche Nouvells terbit 3 abad yang lalu, tepatnya pada 1744. Terbitnya buletin ini juga menjadi penanda masuknya mesin cetak pertama di Indonesia.

Buletin jaman kompeni ini menjadi penting bagi dunia media massa, khususnya media cetak di Indonesia karena Bataviasche Nouvells adalah media cetak pertama yang diterbitkan di nusantara (Hindia Belanda, Indonesia belum lahir pada waktu itu). Tokoh dibalik penerbitan buletin ini adalah Jan Edmans Jorden yang mendapat perintah langsung dari Gubernur Jenderal Inhoff.

Karena hidup di alam penjajahan, tulisan-tulisan yang ada di dalam buletin ini sangat dibatasi, kebanyakan hanya berputar sekitar bagaimana cara VOC bisa tetap langgeng mempertahankan hak-hak monopolinya. Sayang buletin ini hanya bertahan selama dua tahun saja, pada 1746 Bataviasche Nouvells tutup.

Pada 2006 ada penerbit lokal yang mencoba untuk menghidupkan lagi Bataviasche Nouvells, tentu saja dengan sentuhan dan konten yang berbeda. Bataviasche Nouvells versi baru ini lebih bersifat luas, baik dari segi pemberitaan maupun dari segmentasi pembacanya. Tapi sayang, sama seperti nenek moyangnya bahkan mungkin lebih parah, Bataviasche Nouvells baru ini hanya mampu bertahan selama satu tahun saja.

*
Bataviasche Nouvelles, 2006

Senin, 26 Januari 2009

mini preface

Isi dari blog ini sebagian berasal dari :
http://voopere.blog.friendster.com
vampire's confession
-mencoba hidup dan berpikir seperti manusia-

Atau bisa dibilang blog ini adalah sparatis yang khusus berisikan tentang grafis sekaligus sebagai penerus karena blog sebelumnya, voopere.blogs.friendster.com, sudah tidak dilanjutkan lagi.