Selasa, 18 Januari 2011

golden section

Di dalam desain, proporsi yang harmonis merupakan salah satu variabel yang bisa menentukan baik atau tidaknya sebuah desain. Salah satu teori proporsi geometrik yang sangat populer adalah Golden Section atau yang juga dikenal dengan Golden Mean, Golden Ratio, atau Divine Proportion.

Golden Section yang terinspirasi dari pola keteraturan alam adalah sebuah rasio/perbandingan kompleks yang dilambangkan dengan phi (Φ), Φ = ( 1 + √5)/2, atau Φ = 1.618...
Φ ini menggambarkan satu set figur geometrik yang termasuk di dalamnya; garis, segiempat, dan spiral. Figur-figur tersebut dianggap sebagai bentuk yang sempurna dan paling memuaskan secara estetis.


Selain dijelaskan dalam persamaan matematika dengan penggambaran figur geometrik, Golden Section (hampir) sama dengan deret Fibonacci.

Deret Fibonacci

0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1597, 2584, …

Deret Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika kita membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan kita dapatkan sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut. Angka ini adalah 1,618 atau yang disebut sebagai Φ dalam tulisan diatas.

233/144 = 1,618
377/233 = 1,618
610/377 = 1,618
987/610 = 1,618
1597/987 = 1,618

Muncul sebuah pertanyaan, apakah Golden Section yang mengilhami Leonardo Pisano Fibonacci? atau Fibonacci yang memicu munculnya istilah Golden Section? atau mungkin dua hal ini adalah sama dan tak terpisahkan? Entahlah...

Kita dapat menemukan Golden Section hampir dimana saja, rasio ini telah digunakan sejak jaman klasik dalam berbagai penerapan, termasuk di bidang seni, dan arsitektur karena pendekatannya terkait dengan hal yang bersifat ideal, misalnya Piramid (Mesir), Lukisan Monalisa, Kuil Parthenon (Yunani) dan masih banyak lainnya. Bapak Arsitektur modern Le Corbuzier (Swiss) pun penganut aliran ini.



Selain itu, Golden Section ternyata juga menyentuh sisi-sisi ketuhanan sebagai sesuatu yang absolut. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Ternyata Φ juga terdapat pada wajah, kerangka, telapak tangan bahkan sidik jari kita. Mungkin inilah alasan kenapa diawal Golden Section juga disebut sebagai Divine Proportion (proporsi ilahi).

Panjang wajah/lebar wajah = 1,681
Panjang mulut/lebar hidung = 1,681
Lebar hidung/jarak antara lubang hidung = 1,681
Jarak antara pupil/jarak antara alis = 1,681
Jarak antara garis bahu dan ujung atas kepala/panjang kepala = 1. 618

Bahkan kaki kita juga menunjukkan Φ. Apakah hal ini adalah kebetulan semata? Sulit dijelaskan memang, tapi banyak fakta yang mengungkap hal ini. Jadi tak salah jika Golden Section mendapat satu sebutan lagi yaitu 'The Finger Print of God'.

Meskipun Golden Section berhasil pengungkapan nilai-nilai estetis secara ideal bahkan hingga disebut sebagai Divine Proportion dan The Finger Print of God, Golden Section tidak bisa bersifat absolut. Maksudnya, teori ini belum tentu mampu menciptakan persepsi-apresiasi yang sama pada setiap manusia. Hal itu disebabkan karena manusia adalah mahluk yang berpikir secara empiris dengan pengalaman estetis yang beragam.

Golden Section, merupakan penggerak yang berdaya untuk mempersatukan beragam persepsi manusia terhadap objek pengamatan (unity in diversity) untuk memberi satu konsep ideal mengenai keindahan yang terbentuk oleh proporsi yang harmonis.

*
berbagai sumber

gambar: geometryarchitecture.wordpress.com
lihat juga http://www.youtube.com/watch?v=PjrK96wasDk