Kamis, 02 April 2009

art nouveau

Ketika menciptakan mesin uap pada 1765, mungkin James Watt tidak pernah berpikir bahwa setelah itu dunia mengalami percepatan kemajuan yang luar biasa. Jika ditarik garis kasar, mesin uap inilah yang telah memicu manusia memasuki babak baru, sebuah revolusi sekaligus kelahiran jaman industri.

Revolusi Industri yang dimulai dari tanah Inggris telah menyebabkan mekanisasi pada banyak benda budaya manusia. Barang-barang dibuat melalui sistem produksi massal dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Memang di satu sisi hal ini sangat menguntungkan, manusia memiliki lebih banyak waktu dan tenaga yang bisa disimpan. Tapi efek lain dari revolusi ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Adanya mekanisasi telah mendegradasi keahlian tangan, khususnya tangan milik para seniman, karya-karya mereka tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan oleh kehalusan buatan mesin.

Hal ini menimbulkan kemandegan, khususnya di bidang seni, tapi apakah kreativitas para pemimpi ini lantas mati? Tentu saja jawabnya tidak, sebagai jalan keluarnya, para artis mencoba beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh alat produksi massal atau seandainya saja bisa, maka akan memakan biaya pembuatan yang sangat mahal. Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada bentuk kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.

Awalnya style ini menjadi arus kecil yang menentang mainstream kuasa produk massal dan modernisasi. Akan tetapi pada akhirnya, style yang lebih dikenal dengan sebutan art nouveau ini menjadi lambang keberhasilan daya survive kreativitas terhadap gerusan zaman.