Kamis, 01 April 2010

fotografi vs infografis

Fotografi dan artwork (infografis, ilustrasi, dan gambar lainnya) adalah dua elemen visual yang masih dan akan terus powerful saat ini pada sebuah surat kabar. Meskipun keduanya memiliki kesamaan sebagai penunjang tampilan akan tetapi karakter dan sifatnya berbeda. Kekuatan utama sebuah foto misalnya, adalah kredibilitas atau kemampuannya untuk memberi kesan 'dapat dipercaya'. Pada sebuah surat kabar foto mampu menunjang berita menjadi sangat aktual dan akurat.

Dalam penyajiannya, ternyata fotografi masih sering muncul dengan format tidak berwarna atau hitam putih, khususnya di halaman dalam surat kabar. Keadaan ini tentu bukan atas pertimbangan artistik, tapi lebih karena perhitungan dari sisi biaya pencetakan. Kenyataan dilematis yang sangat tidak menguntungkan, sebab secara kasat mata foto berwarna jauh lebih menarik dibandingkan foto hitam putih. Menurut hasil penelitian Poynter institute, sekolah jurnalisme di AS, foto berwarna ternyata mendapat perhatian 20% lebih dibanding foto hitam putih.

Tapi kadang untuk menyajikan informasi yang lebih informatif, detail, tidak multitafsir, dan tetap akurat, artwork, khususnya infografis lebih dapat diandalkan dari sekedar sebuah fotografi. Foto bisa menjadi diabaikan jika memang pembaca bisa mendapat value lebih apabila halaman diisi dengan infografis atau bahkan mungkin hanya dengan typografi yang unik. Jadi dalam perwajahan koran kadang-kadang terjadi keadaan: who needs photo?

Yang terpenting adalah jangan ada 'dua macan dalam satu hutan', artinya pada sebuah layout yang baik biarlah hanya fotografi atau infografis yang menjadi daya tarik utamanya, bukan keduanya sekaligus. Terus apakah keduanya tidak bisa tampil bersamaan, jawabnya tentu saja bisa, asal kita mampu mengatur proporsi ukurannya. Siapa yang jadi 'tokoh utama' di halaman harus mendapat space lebih besar.

*
Detroit Free Press
Surianto Rustan, layout dasar & penerapannya